Rabu, 23 Maret 2011

Kawasan Wisata Ziarah sunan muria_ & Rejenu / Syeh Sadzali

A.  Selayang Pandang

Obyek wisata Colo merupakan kawasan wisata yang berada di Pegunungan Muria. Pegunungan Muria memiliki ketinggian sekitar 1.602 m dpl (di atas permukaan laut) dan merupakan kawasan dataran tinggi yang terdiri dari beberapa gunung atau bukit, antara lain: Gunung Argo Jembangan, Gunung Argo Piloso, Gunung Rahtawu, Bukit Pasar, dan Bukit Ringgit.
Nama colo sendiri diambil dari nama sebuah desa yang terletak di puncak Gunung Muria. Karena colo adalah nama yang konon diberikan secara langsung oleh Sunan Muria, maka nama inilah yang kemudian digunakan untuk menyebut kawasan wisata ini. Obyek wisata Colo merupakan sebuah kawasan yang memiliki beberapa obyek wisata yang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu obyek wisata religius dan obyek wisata alam.




B. Keistimewaan

Di kawasan obyek wisata Colo, pengunjung dapat menikmati panorama alam pegunungan yang indah dengan udara yang bersih dan sejuk. Selain itu, di kawasan obyek wisata ini juga terdapat beberapa tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Pertama, Makam Sunan Muria. Makam Sunan Muria (Syekh R. Umar Said, salah satu dari walisanga/wali sembilan) menyatu dengan Masjid Sunan Muria yang terletak di salah satu puncak Gunung Muria. Makam Sunan Muria dapat dicapai dengan berjalan kaki melewati sekitar 700 ( mungkin lebih Jek..)tangga dari pintu gerbang di dekat lokasi parkir mobil/bus. 




Makam Sunan Muria adalah salah satu tujuan wisata ziarah di Kota Kudus, selain Makam Sunan Kudus di Masjid Menara Kudus. Makam Sunan Muria sangat ramai dikunjungi peziarah yang berasal dari berbagai daerah, terutama pada saat Upacara Buka Luwur yang diselenggarakan setiap tanggal 6 Muharam. Dalam Upacara Buka Luwur ini, para peziarah berusaha mendapatkan luwur (bekas kain penutup makam) yang  dipercaya dapat membawa keberuntungan.


Kedua, Air Terjun Monthel. Dari Makam Sunan Muria, Air terjun dengan ketinggian sekitar 25 meter ini dapat dicapai dengan berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit. Untuk mencapainya, pengunjung dapat menyusuri jalan setapak yang membelah hamparan kebun kopi—sambil menikmati kesejukan udara dan panorama alam pegunungan yang asri dan indah. Selain itu, sepanjang perjalanan pengunjung juga akan dihibur oleh alunan irama musik alam dari bunyi gemericik air terjun yang jatuh di bebatuan yang diselingi kicauan burung-burung dan bunyi-bunyian satwa liar khas pegunungan. Sesampainya di Air Terjun Monthel, pengunjung dapat mandi atau bermain air sepuasnya—sambil menikmati sejuk dan segarnya air yang bersumber dari Gunung Muria.
Ketiga, Wisata Alam Rejenu. Kawasan wisata alam (ecotourism) Rejenu memiliki ketinggian sekitar 1.150 m dpl. Kawasan wisata yang terletak di Pegunungan Argo Jembangan (salah satu puncak dari Gunung Muria) ini berjarak sekitar 3 km dari Makam Sunan Muria. Di kawasan Eko Wisata Rejenu, pengunjung dapat menyaksikan dan mengamati berbagai jenis tumbuhan pegunungan. Selain menikmati panorama alam pegunungan, wisatawan juga dapat berkunjung ke obyek wisata lainnya yang berada di kawasan ini, antara lain: 










Makam Syekh Sadzali. Menurut masyarakat setempat, Syekh Sadzali adalah murid/santri Sunan Muria yang sangat setia mendampingi dan membantu Sunan Muria dalam menyebarluaskan agama Islam di sekitar lereng Gunung Muria. Oleh karena itu, Syekh Syadzali senantiasa dihormati oleh masyarakat dan makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah.
Sumber Air Tiga Rasa. Di kawasan wisata Rejenu terdapat mata air yang memiliki tiga rasa, yaitu: rasa tawar-tawar masam yang bekhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda yang bekhasiat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup, dan rasa mirip minuman keras sejenis tuak/arak yang bekhasiat memperlancar rezeki.( semua atas ijin Allah...)
Air Terjun Gonggomino. Di kawasan wisata Rejenu terdapat Air Terjun Gonggomino yang merupakan air terjun kedua selain Air Terjun Monthel. Air Terjun Gonggomino dapat dicapai dengan menyusuri sebuah sungai  yang terdapat di kawasan Rejenu.
Keempat, Bumi Perkemahan dan Wana Wisata Kajar. Obyek wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak sekitar 3 km ke arah selatan dari Makam Sunan Muria. Dengan ketinggian mencapai 600 m dpl, kawasan Kajar merupakan lokasi yang cocok untuk kegiatan perkemahan dan jelajah medan/lintas alam.  






C. Lokasi

Obyek wisata Colo terletak sekitar 18 km ke arah utara dari pusat Kota Kudus (Alun-alun), tepatnya di kawasan Pegunungan Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.
bisa juga melewati Desa Gembong Kabupaten pati,. menuju arah barat ke utara. melewati desa antara lain.glagah Kulon,tergo,Dukuhwaringin. Bisa juga melewati daerah japan route dari arah gembong ke desa Glagah Kulon belok kanan melewati desa japan. Desa Colo sendiri terletak diatas desa dukuh earingin dan desa Japan.

D. Akses

Meskipun obyek wisata Colo berada di sekitar puncak Pegunungan Muria, namun tidak terlalu sulit untuk menjangkaunya. Dari arah Semarang, pengunjung dapat menggunakan bus jurusan Semarang—Kudus. Setelah sampai di Terminal Kudus, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota jurusan Colo dengan ongkos perjalanan sekitar Rp 8.000.10.000 (Maret 2011). tergantung sopirnya mau narik berapa..

E. Tiket

Tiket masuk yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus terbilang murah, yaitu Rp5.000 untuk masuk lokasi air terjun monthel  untuk setiap pengunjung (tahun 2011).sudah termasuk asuransi Brow..

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di sekitar obyek wisata Colo tersedia berbagai macam akomodasi dan fasilitas, antara lain: Graha Muria yang dibangun Pemerintah Kabupaten Kudus sebagai tempat peristirahatan, penginapan, dan ruang pertemuan, lahan parkir mobil dan bus, mushola, dan warung makan yang menjual masakan khas Colo, yaitu nasi pecel pakis, (hmmmmm_) ayam bakar, dan buah parijoto. Selain itu, di sekitar kawasan ini juga terdapat kios-kios yang menjual cenderamata khas Colo, seperti tongkat colo dan kayu pengusir tikus





sumber :
http://wisatajawa.wordpress.com/wisata-jawa-tengah/kawasan-wisata-alam-colo/

Sabtu, 08 Januari 2011


Sekarang ini, semua sudah terhubung dengan internet. Di banyak hal memang benar-benar membantu kita di kehidupan, terutama cara berkomunikasi dan berinteraksi. Tidak hanya berinteraksi dengan sesama manusia, tapi juga berinteraksi dengan non-human, mesin, atau sebuah sistem.

Hampir semua orang yang saya kenal sekarang mempunyai sebuah identity di dunia maya, entah web page, blog maupun social networking profile. Bahkan juga saya banyak kenal orang dari internet, tahu kegiatan orang-orang tersebut dari hasil sharingnya di dunia maya. Batas-batas privasi telah diperlebar dan definisinya diubah. Masing-masing mempunyai pemahamannya sendiri yang mungkin bagus ataupun malah merugikan.

Kita jadi berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu yang lebih singkat dan paralel. Informasi masuk ke diri kita dengan sangat cepat dan dalam pecahan yang kecil-kecil. Otak kita jadi terlatih untuk menerima arus informasi dalam jumlah banyak secara bersamaan. Contoh nyatanya adalah Twitter.



Seperti inilah komunikasi jaman sekarang. Kita harus pintar-pintar memilih pecahan informasi kecil mana yang penting untuk disimpan dalam memori kita. Atau hal-hal apa yang sebenarnya tidak ada kepentingannya dengan kita tapi menguras energi dan waktu kita.


Jumat, 07 Januari 2011

gembong pati


Gembong, Pati
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Kecamatan Gembong
Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Pati
Camat -
Luas - km²
Jumlah penduduk -
- Kepadatan - jiwa/km²
Desa/kelurahan -
Gembong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Satu-satunya kecamatan yang mempunyai dua waduk sekaligus, yaitu waduk Gunung Rowo dan Waduk Seloromo, secara geografis, kecamatan Gembong terdapat di lereng Gunung Muria, yang mempunyai kebun kopi yang sangat luas, yaitu terdapat di desa Jolong.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Geografi
2 Desa/kelurahan
3 Demografi
4 Pendidikan
5 Pariwisata
5.1 Waduk Seloromo
5.2 Waduk Gunung Rowo
5.3 Perkebunan Kopi dan Bumi Perkemahan Jolong
6 Tokoh
7 Referensi
8 Pranala luar
9 Lihat pula
[sunting]Geografi

Kecamatan Gembong terletak di lereng sebelah timur gunung Muria dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kudus. Dari ibu kota Kabupaten Pati, berjarak 14 km ke arah barat laut.
Wilayahnya mempunyai luas 6.730 ha yang sebagian besar berupa hutan dan perkebunan. Sebagai daerah yang berada di ketinggian berkisar antara 20-900 meter dpl, kecamatan Gembong memiliki tanah berjenis Latosol.
[sunting]Desa/kelurahan

Secara administratif, kecamatan Gembong merupakan kecamatan dengan jumlah desa paling sedikit di Kabupaten Pati karena hanya terdiri atas 11 desa yang terbagi dalam 85 Rukun Warga (RT) dan 276 Rukun Tetangga (RT).
Desa-desa tersebut adalah:
Bageng
Bermi
Gembong
Kedungbulus
Ketanggan
Klakah Kasian
Plukaran
Pohgading
Semirejo
Sitiluhur
Wonosekar




Jumlah penduduk kecamatan Gembong sebanyak 40.780 jiwa (tahun 2006) dengan komposisi 20.622 jiwa penduduk laki-laki dan 20.158 jiwa penduduk perempuan.
Sebagian besar penduduk kecamatan Gembong berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama padi, tanaman buah (rambutan, durian, jeruk) dan tanaman keras.
Dalam bidang ekonomi, masyarakat kecamatan Gembong memiliki sebuah pasar tradisional yang terletak di pusat kota kecamatan.
[sunting]Pendidikan

Dikecamatan Gembong terdapat berbagai lembaga pendidikan formal yang meliputi:
SD sebanyak 24 buah (semuanya SD Negeri)
MI sebanyak 15 buah, yaitu:
SMP sebanyak 3 buah, yaitu:
SMP Negeri 1 Gembong
SMP Terbuka
SMP Raudlatul Falah
MTs sebanyak 9 buah, yaitu:
MTs Al Ma’arif Bageng
MTs Khoiriyah Sitiluhur
MTs Manba’ul Ulum Bermi
MTs Mathaliul Huda Klakah Kasian
MTs Mujahidin Bageng
MTs Muwahidun Gembong
MTs Raudlatul Falah Sitiluhur
MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakah Kasian
MTs Tarbiyatus Sibyan Ketanggan
SMA sebanyak 1 buah, yaitu: SMA Islam Raudlatul Falah Gembong
MA sebanyak 4 buah, yaitu:
MA Khoiriyah Sitiluhur
MA Mujahidin Bageng
MA Muwahidun Gembong
MA Nahdlatul Ulama Bageng
MA DARUS SALAM [ Bermi, Gembong, Pati ]
SMK sebanyak 1 buah, yaitu SMK Nahdlotul Ulama Gembong
Selain lembaga pendidikan formal juga terdapat berbagai lembaga non formal seperti TK (sebanyak10 buah), RA (sebanyak 10 buah), Pondok Pesantren dan Taman Pendidikan Quran yang tersebar hampir di setiap desa di kecamatan Batangan. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al Ma'arif yang berdiri sejak tahun 1072.
[sunting]Pariwisata

Tempat-tempat pariwisata di kecamatan Gembong antara lain:
[sunting]Waduk Seloromo
Waduk ini dibuat oleh Belanda sekitar tahun 1930. Sekarang menjadi sumber pendapatan bagi desa Gembong. Di sekitar waduk sering digunakan sebagai tempat berkemah. Waduk ini terdapat di desa Gembong
Waduk Gunung Rowo




Waduk Gunung Rowo dilihat dari arah barat
Waduk Gunung Rowo terletak di desa Sitiluhur, kecamatan Gembong. Luas areal +320 Ha. Menurut catatan Kantor Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah setempat, waduk ini dibangun semasa pemerintahan Belanda pada tahun 1928. Waduk Gunung Rowo diperkirakan mampu menampung air sekitar 5,5 juta meter kubik, sekaligus juga sebagai suplai bagi Waduk Seloromo. Dulu Waduk Gunung Rowo bersama Waduk Seloromo mampu mengairi sawah seluas sekitar 10.000 hektar, yang tersebar di wilayah Kecamatan Margorejo, Gembong, Wedarijaksa, Juwana, Tlogowungu, dan Pati.
Di sebelah atas waduk merupakan Bumi Perkemahan yang pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Jambore Daerah Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Tengah pada tahun 1992.
[sunting]Perkebunan Kopi dan Bumi Perkemahan Jolong
Merupakan perkebunan kopi, pabrik pengolahan kopi dan Bumi Perkemahan yang terletak di lereng Gunung Muria, di desa Sitiluhur berada diketinggian 570-790 m dpl dengan suhu rata-rata berkisar antara 25 – 32 C. Obyek yang dikelola oleh PT Perkebunan Nasional IX ini dan memiliki luas lebih kurang 527 ha ini merupakan peninggalan penjajah Belanda.
Di lokasi ini kita bisa menyaksikan keindahan alam berupa beberapa air terjun kecil, sungai berbatu, jalan setapak di sisi tebing. Selain itu, tempat ini merupakan salah satu jalur pendakian untuk menuju puncak Argojembangan, satu diantara 4 puncak tertinggi di gunung Muria.
[sunting]Tokoh

KH. Abdul Wahid
KH. Imam Shofwan
KH. Abdul Qahar
Hj. Fatimatuzzahro'

http://www.youtube.com/watch?v=ua-1vvhog8I&feature=BF&playnext=1&list=QL&index=2

Gunung Muria adalah sebuah gunung di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur, yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Kudus di sisi selatan, di sisi barat laut berbatasan dengan Kabupaten Jepara, dan di sisi timur berbatasan dengan Kabupaten Pati.
http://www.youtube.com/watch?v=tj4LHB93O6o
Dikawasan ini terdapat tempat yang sangat legendaris peninggalan Wali Songo, yaitu pesanggrahan di kawasan puncak Gunung Muria yang dalam sejarah negeri ini merupakan basis pesanggrahan dimana Kanjeng Sunan Muria menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Di sini pulalah Sunan Muria dimakamkan.
Daftar isi [tampilkan]
[sunting]Puncak Muria

Gunung Muria mempunyai ketinggian 1.602 meter dari permukaan laut. Puncak-puncaknya yang tertinggi antara lain:
Puncak Songolikur; merupakan puncak tertinggi di Gunung Muria. Sering juga disebut sebagai puncak Saptorenggo.
Puncak Argowiloso
Puncak Argojembangan
Puncak Abiyoso
[sunting]Lokasi wisata

[sunting]Makam Sunan Muria
Makam Sunan Muria terletak di desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.
Berlokasikan di atas sebuah bukit. Sehingga para peziarah yang hendak berziarah harus menapaki anak tangga sejauh + 500 meter. Di kiri kanan anak tangga berderet kios para penjual makanan dan souvenir.
Bagi yang tidak kuat mendaki anak tangga bisa memilih jasa tukang ojek. Dengan jasa ini selain bisa menghemat energi, selama perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang menarik.
[sunting]Air terjun Montel
Terletak di sebelah timur laut makam Sunan Muria.
[sunting]Air Tiga Rasa
Terletak di Rejenu. Obyek ini terdiri atas Makam Syeh Sadzli dan tiga sumber mata air yang meski berdekatan namun memiliki rasa yang berbeda. Air ini dipercaya mempunyai berbagai khasiat.
Merupakan pos terakhir untuk melakukan pendakian ke puncak Argowiloso.
[sunting]Bumi Perkemahan Abiyoso
Terletak di kaki Gunung Abiyoso di desa Menawan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Bumi Perkemahan ini pernah digunakan untuk menggelar Jambore Daerah Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Tengah pada tahun 1996.
[sunting]Bumi Perkemahan Kajar
Terletak di desa Kajar Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus sekitar 2 km arah selatan Makam Sunan Muria.
[sunting]Bumi Perkemahan Jolong
Terletak di desa Jolong Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Dari sini merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Argo Jembangan.

1. ASAL USUL.
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria. Tempat tinggal beliau di gunung Muria yang salah satu puncaknya bernama Colo. Letaknya di sebelah utara kota Kudus. Menurut Solichim Salam, sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliaulah satu-satunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan Islam. Dan beliau pula yang menciptakan tembang Sinom dan Kinanti.
2. SAKTI MANDRAGUNA.

Bahwa Sunan Muria itu adalah Wali yang sakti, kuatfisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak diatas gunung . Menurut pengalaman penulis jarak antara kaki undag-undagan atau tangga dari bawah bukit sampai kemakam Sunan Muria (tidak kurang dari750 M).

Bayangkanlah, jika Sunan Muria dan istrinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik-turun, turun-naik guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat ,atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat. Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus jalan kaki. Itu berarti Sunan Muria memiliki kesaktian tinggi, demikian pula murid-muridnya.

Bukti bahwa Sunan Muria adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah Perkawinan Sunan Muria dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri Sunan Ngerang, yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di Juana. Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus sampai-sampai berguru kepada beliau.

Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap dua puluh tahun. Murid-murid diundang semua.Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus ,Adipati Pathak Warak, Kapa dan adiknya Gentiri .Tetangga dekat juga diundang, demikian pula sanak kadang yang dari jauh.

Setelah tamu berkumpul DewiRoroyono dan adiknya yaitu Dewi Roro Pujiwati keluar menghidangkan makanan dan minuman. Keduanya adalah dara-dara yang cantik rupawan.

Terutama Dewi Roroyono yang berusia dua puluh tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar mekarnya.

Bagi Sunan Kudus dan Sunan Muria yang sudah berbekal ilmu agama dapat menahan pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang, yaitu ketika Pathak Warak belum menjadi Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar kecantikannya yang mempersona, sekarang, gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.

Karena dibakar api asmara yang menggelora, Pathak Warak tidak tahan lagi. Dia menggoda Roroyono dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Lebih-lebih setelah lelaki itu bertindak kurang ajar. Tentu saja Roroyono merasa malu sekali, lebih-lebih ketika lelaki itu berlaku kurang ajar dengan memegangi bagian-bagian tubuhnya yang tak pantas disentuh. Si gadis naik pitam, nampan berisi minuman yang dibawanya sengaja ditumpahkan ke pakaian sang Adipati.

Pathak Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan seperti itu. Apalagi dilihatnya para tamu menertawakan kekonyolannya itu, diapun semakin malu.

Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat bahwa gadis itu adalah putri gurunya. Roroyono masuk ke dalam kamarnya, gadis itu menangis sejadi-jadinya karena dipermalukan oleh Pathak Warak. Malam hari tamu-tamu dari dekat sudah pulang ke tempatnya masingmasing.

Tamu dari jauh terpaksa menginap dirumah Sunan Ngerang, termasuk Pathak Warak dan Sunan Muria. Namun hingga lewat tengah malam Pathak Warak belum dapat memejamkan matanya. Pathak Warak kemudian bangkit dari tidurnya mengendap-endap ke kamar Roroyono. Gadis itu disiramnya sehingga tak sadarkan diri, kemudian melalui genteng Pathak Warak melorot turun dan membawa lari gadis itu melalui jendela. Dewi Roroyono dibawa lari ke Mandalika, wilayah Keling atau Kediri. Setelah Sunan Ngerang mengetahui bahwa putrinya di culik oleh Pathak Warak, maka beliau berikrar siapa saja yang berhasil membawa putrinya itu bila perempuan akan dijadikan saudara Dewi Roroyono. Tak ada yang menyatakan kesanggupannya. Karena semua orang telah maklum akan kehebatan dan kekejaman Pathak Warak. Hanya Sunan Muria yang bersedia memenuhi harapan Sunan Ngerang.




“Saya akan berusaha mengambil Diajeng Roroyono dari tangan Pathak Warak,” Kata Sunan Muria.

Tetapi, ditengah perjalanan Sunan Muria bertemu dengan Kapa dan Gentiri, adik seperguruan yang lebih dahulu pulang sebelum acara syukuran berakhir. Kedua orang itu merasa heran melihat Sunan Muria berlari cepat menuju arah daerah Keling.

“Mengapa Kakang tampak tergesa-gesa ?” tanya Kapa. Sunan Muria lalu menceritakan penculikan Dewi Roroyono yang dilakukan oleh Pathak Warak. Kapa dan Gentiri sangat menghormati Sunan Muria sebagai saudara seperguruan yang lebih tua.

Keduanya lantas menyatakan diri untuk membantu Sunan Muria merebut kembali Dewi Roroyono.

“Kakang sebaiknya pulang ke Padepokan Gunung Muria. Murid-murid Kakang sangat membutuhkan bimbingan. Biarlah kami yang berusaha merebut di Ajeng Roroyono kembali. Kalau berhasil Kakang tetap berhak mengawininya, kami hanya sekedar membantu.” Demikian kata Kapa.

“Aku masih sanggup merebutnya sendiri,” Ujar Sunan Muria.
“Itu benar, tapi membimbing orang memperdalam agama Islam juga lebih penting, percayalah pada kami. Kami pasti sanggup merebutnya kembali.” kata Kapa ngotot.

Sunan Muria akhirnya meluluskan permintaan adik seperguruannya itu. Rasanya tidak enak menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula ia harus menengok para santrinya di Padepokan Gunung Muria. Untuk merebut Dewi Roroyono dari tangan Pathak Warak, Kapa dan Gentiri ternyata meminta bantuan seorang Wiku Lodhang di pulau Sprapat yang dikenal sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya. Usaha mereka berhasil. Dewi Roroyono dikembalikan ke Ngerang. Hari berikutnya Sunan Muria hendak ke Ngerang.

Ingin mengetahui perkembangan usaha Kapa dan Gentiri. Ditengah jalan beliau bertemu dengan Adipati Pathak Warak.




“Hai Pathak Warak berhenti kau !”Bentak Sunan Muria.

Pathak Warak yang sedang naik kuda terpaksa berhenti karena Sunan Muria menghadang di depannya.
“Minggir ! Jangan menghalangi jalanku !” Hardik Pathak Warak.
“Boleh, asal kau kembalikan Dewi Roroyono !”
“Goblok! Roroyono sudah dibawa Kapa dan Gentiri !Kini aku hendak mengejar mereka!” Umpat Pathak Warak.

“Untuk apa kau mengejar mereka?”
“Merebutnya kembali!” jawab Pathak Warak dengan sengit .
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku, Roroyono telah dijodohkan denganku !”Ujar Sunan Muria sambil pasang kuda -kuda.

Tampabasa-basi Pathak Warak melompat dari punggung kuda .Dia merangsak ke Arah Sunan Muria dengan jurus –jurus cakar harimau. Tapi dia bukan tandingan putra Sunan Kalijaga yang memiliki segudang kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan ,Pathak Warak telah jatuh atau roboh ditanah dalam keadaan fatal. Seluruh kesaktiannya lenyap dan ia menjadi lumpuh tak mampu untuk bangkit berdiri apalagi berjalan. Sunan Muria kemudian meneruskan perjalanan ke Juana, kedatangannya disambut gembira oleh Sunan Ngerang. Karena Kapa dan Gentiri telah bercerita secara jujur bahwa mereka sendirilah yang memaksa mengambil alih tugas Sunan Muria mencari Roroyono, maka Sunan Ngerang pada akhirnya menjodohkan Dewi Roroyono dengan Sunan Muria.

Upacara pernikahanpun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri yang berjasa besar itu diberi hadiah Tanah di desa Buntar. Dengan hadiah itu keduanya sudah menjadi orang kaya yang kehidupannya serba berkecukupan.

Sedang Sunan Muria segera memboyong istrinya ke Pedepokan Gunung Muria. Mereka hidup bahagia, karena merupakan pasangan yang ideal.

Tidak demikian halnya dengan Kapa dan Gentiri. Sewaktu membawa Dewi Roroyono dari Keling ke Ngerang agaknya mereka terlanjur terpesona oleh kecantikan wanita jelita itu.

Siang malam mereka tak dapat tidur.Wajah wanita itu senantiasa terbayang.Namun karena wanita itu sudah diperistri kakak seperguruannya mereka tak dapat berbuat apa-apalagi.

Hanya penyesalan yang menghujam didada. Mengapa dulu mereka buru –buru menawarkan jasa baiknya. Betapa enaknya Sunan Muria, tanpa bersusah payah sekarang nenikmati kebahagiaan bersama gadis yang mereka dambakan. Inilah hikmah ajaran agama agar lelaki diharuskan menahan pandangan matanya dan menjaga kehormatan mereka. (kemaluan).

Andaikata Kapa dan Gentiri tidak menatap terus kearah wajah dan tubuh Dewi Roroyono yang indah itu pasti mereka tidak akan terpesona, dan tidak terjerat oleh Iblis yang memasang perangkap pada pandangan mata.

Kini Kapa dan Gentiiri benar-benar telah dirasuki Iblis. Mereka bertekad hendak merebut Dewi Roroyono dari tangan Sunan Muria. Mereka telah sepakat untuk menjadikan wanita itu sebagai istri bersama secara bergiliran. Sungguh keji rencana mereka. Gentiri berangkat lebih dulu ke Gunung Muria. Namun ketika ia hendak melaksanakan niatnya dipergoki oleh murid-murid Sunan Muria, terjadilah pertempuran dasyart .Apalagi ketika Sunan Muria keluar menghadapi Gentiri, suasana menjadi semakin panas, akhirnya Gentiri tewas menemui ajalnya dipuncak Gunung Muria.

Kematian Gentiri cepat tersebar ke berbagai daerah. Tapi tidak membuat surut niat Kapa. Kapa cukup cerdik. Dia datang ke Gunung Muria secara diam-diam di malam hari.

Tak seorangpun yang mengetahuinya. Kebetulan pada saat itu Sunan Muria dan beberapa murid pilihannya sedang bepergian ke Demak Bintoro. Kapa menyirap murid-murid Sunan Muria yang berilmu rendah ………. yang ditugaskan menjaga Dewi Roroyono. Kemudian dengan mudahnya Kapa menculik dan membawa wanita impiannya itu ke Pulau Seprapat.

Pada saat yang sama, sepulangnya dari Demak Bintoro, Sunan Muria bermaksud mengadakan kunjungan kepada Wiku Lodhang. Datuk diPulau Seprapat .Ini biasa dilakukannya bersahabat dengan pemeluk agama lain bukanlah suatu dosa. Terlebih sang Wiku itu pernah menolongnya merebut Dewi Roroyono dari Pathak Warak.

Seperti ajaran Sunan Kalijaga yang mampu hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dalam suatu negeri. Lalu ditunjukkan akhlak Islam yang mulia dan agung.

Bukannya berdebat tentang perbedaan agama itu sendiri. Dengan menerapkan ajaran-ajaran akhlak yang mulia itu nyatanya banyak pemeluk agama lain yang pada akirnya tertarik dan masuk Islam secara suka rela.

Ternyata, kedatangan Kapa ke pulau Seprapat itu tidak di sambut baik oleh Wiku Lodhang Datuk.
“Memalukan ! benar-benar nista perbuatanmu itu ! Cepat kembalikan istri kakanda seperguruanmu sendiri itu !” hardik Wiku Lodhang Datuk dengan marah.

“Bapa guru ini bagaimana, bukankah aku ini muridmu ? Mengapa tidak kau bela ?” protes Kapa.
“Apa ? Membela perbuatan durjana ?” Bentak Wiku Lodhang Datuk.
“Sampai matipun aku takkan sudi membela kebejatan budi perkerti walau pelakunya Itu murid kusendiri!”

Perdebatan antara guru dan murid itu berlangsung lama.Tanpa mereka sadari Sunan Muria sudah sampai ditempat itu. Betapa terkejutnya Sunan Muria melihat istrinya sedang tergolek ditanah dalam keadaan terikat kaki dan tangannya. Sementara Kapa dilihatnya sedang adu mulut dengan gurunya yaitu Wiku Lodhang Datuk menjauh, melangkah menuju Dewi Roroyono untuk membebaskan dari belenggu yang dilakukan Kapa. Bersamaan dengan selesainya sang Wiku membuka tali yang mengikat tubuh Dewi Roroyono. Tiba-tiba terdengar jeritan keras dari mulut Kapa.

Ternyata, serangan dengan mengerahkan aji kesaktian yang dilakukan Kapa berbalik menghantam dirinya sendiri. Itulah ilmu yang dimiliki Sunan Muria. Mampu membalikkan serangan lawan. Karena Kapa mempergunakan aji pemungkas yaitu puncak kesaktian yang dimilikinya maka ilmu akhirnya merengut nyawa nya sendiri.




“Maafkan saya Tuan Wiku ….. “ ujar Sunan Muria agak menyesal.
“Tidak mengapa, sudah sepantasnya dia menerima hukuman ini. Menyesal aku telah memberikan ilmu kepadanya. Ternyata ilmu itu digunakan untuk jalan kejahatan,” Guman sang Wiku.

Dengan langkah gontai sang Wiku mengangkat jenazah muridnya. Bagaimanapun Kapa adalah muridnya, pantaslah kalau dia menguburkannya secara layak. Pada akhirnya Dewi Roroyono dan Sunan Muria kembali ke padepokan dan hidup berbahagia.

persahabatan